Pantau Deretan Sektor yang Lagi Hot di Pasar Modal

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Indonesia kini mengalami perubahan tren sektor investasi karena munculnya pandemi Covid-19. Sebab itu, sektor-sektor yang sebelumnya jadi primadona berubah dengan adanya dampak pandemi sejak Maret 2020 itu.

Anggaraksa Arismunandar, Head of Research PT NH Korindo Sekuritas, mengatakan terjadi perubahan yang cukup besar dalam setahun terakhir di dunia saham.

Meski begitu, saham-saham kategori blue chip alias unggulan di pasar modal masih menjadi tolak ukur bagi investor atau calon investor yang ingin berinvestasi. Karena saham blue chip biasanya merupakan market leader pada industrinya.

"Yang sedang ngetop sekarang ada istilah old economy and new economy. Kalau saham-saham blue chip tadi kriterianya kan memang sudah memiliki track record yang cukup panjang. Otomatis ranah biasanya di old economy," kata Anggaraksa dalam program Investime CNBC Indonesia pada Jumat (23/6/2021).

Anggaraksa mengatakan ada beberapa sektor dengan pergerakan saham terbaik, salah satunya dari sektor perbankan, barang konsumsi atau consumer goods, telekomunikasi, dan terakhir sektor kesehatan atau healthcare.

"Kalau dari sektornya cenderung yang lebih defensif. Diantaranya mungkin perbankan, dari barang konsumsi atau consumer goods, dan yang masih menarik mungkin telco ya. Karena dia bisa old economy tapi seiring dengan perkembangan zaman digital, sektor ini juga diuntungkan," paparnya.

"Satu lagi, dibuatkan indeks baru itu sektor kesehatan (healthcare) yang di masa pandemi ini mendapatkan banyak berkah," tambahnya.

Sementara untuk sektor sektor konsumer, Anggaraksa mengatakan masih akan tertekan selama pandemi ini, apalagi jika dilihat dalam jangka pendek. Ini diakibatkan oleh inflasi yang masih cukup rendah, serta daya beli masyarakat yang kian menurun dan diperburuk oleh kebijakan pemerintah selama masa pandemi.

"Tapi kalau dilihat dari investasi jangka panjang, ini justru menarik. Banyak juga saham sektor konsumsi yang berada di valuasi yang cukup rendah. Kita rekomendasikan ini cenderung untuk investasi jangka panjang ya, bukan pergerakan pendek," pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Share this post